Thursday 7 January 2010

Pagi Berkabut dan kisah nenek bersama cucu di kaki ciremai

 

gunung ciremai tampak dari rumah

Pagi berkabut, matahari malu-malu. Suara pompa air dinyalakan. Tanah masih basah sisa hujan sore kemarin, tercium bau harum dari sisa bunga tadi malam.

Dengan kerudung putihnya ia bergelayut manja.

“ikut…” katanya dengan kata-kata yang udah jelas meski usianya belum genap 2 tahun.

“haayu atuh, tapi jalan ajah yah..” kata eninya  sambil menggenggam sebutir telur.

Cucu dan Nenek itupun pergi keluar rumah, Berjalan ke arah barat. sangat kontras, yang satu masih sangat muda sementara yang satunya lagi terlihat mulai renta. Hanya cara jalan mereka yang tidak begitu tegap saja yang membuat mereka tampak sama. Lambat laun sosok mereka menghilang dari pandangan, menyatu bersama kabut yang masih pekat. Kabut di kaki gunung ciremai saat musim hujan.

Ceritanya, Kami nginep di rumah eni ma aki di penghujung tahun 2009.  maklum kalo dari rumah eni nampak sangat gunung ciremai saat pagi, jadi bisa menyaksikan matahari terbit dibalik gunung pada hari pertama di tahun 2010.  Lagi pula mungkin bisa lebih barokah bila tahun baruan bersama orang tua.

Nah, paginya eni berniat beli serabi pake telor buat sarapan, dan icha yang emang udah bangun dari subuh merengek minta ikut.

lama ditunggu, mereka yang pergi beli surabi itu tak juga pulang. Padahal hari sudah menjelang siang. si Bunda sudah gelisah. takut terjadi apa-apa. maklum icha sangat lincah sekali kadang ia berlari kencang dan takutnya tidak bisa diikuti sama eni yang memang sudah sangat berkurang tenaganya.

Sambil pergi ke warung, si bunda pun berniat menyusul, tetapi tidak ketemu. Terang ajan si Bunda  semakin cemas, kemana mereka pergi? jangan-jangan eni sudah linglung dan lupa jalan pulang? Tapi ah, eni kan belum setua itu, lagipula jalak dari rumah ke tukang surabi kan gak terlalu jauh.

tiba-tiba suara langkahnya terdengar, bersama celotehanya yang terdengar rame sekali. Setengah berlari si bunda menyongsong ke luar, berserta sebuncah pertanyaan yang tak kalah heboh.

usut-punya usut ternyata waktu berangkat beli surabi itu lewat ke depan kandang kambing, dan si kambing mengembik dengan keras tepat pada saat icha lewat, bikin icha kaget dan takut. makanya jalanya gak maju-maju. terpaksa eni harus menggendongnya.

Pada saat pulang degan bijak enipun memilih jalan berputar yang agak jauh sehingga pulangnya lama. oleh karena itu pula saat disusul, gak ketemu karena berselisih jalan. Dan yang agak menyedihkan lagi, serabi pake telornya udah dingin, gak anget en mungplu lagi hikhikhik….

0 comments:

Popular Posts