Friday, 20 February 2009

TENTANG SRI (SYSTEM OF RICE INTENSIFICATION)




APA ITU SRI ?
S R I (SYSTEM OF RICE INTENSIFICATION)
Oleh : Alik Sutaryat [Ketua YAYASAN ALIKSA ORGANIC SRI].

APA ITU SRI ?
Adalah Cara Budidaya Tanaman Padi yang intensif dan efisien dengan proses management system perakaran dengan berbasis pada pengelolaan : Tanah, tanaman dan Air (Melak Pare Nu Tulaten) .
GAGASAN SRI
Tanaman padi sebenarnya mempunyai potensi yang besar untuk menghasilkan produksi dalam tarap tinggi, ini hanya akan dicapai bila kita membantu tanaman dengan kondisi baik untuk pertumbuhan tanaman. Hal ini dapat dilakukan melalui proses pengelolaan : Tanah, Tanaman dan Air.
DASAR PEMAHAMAN PRAKTEK SRI
Tanaman padi sawah berdasarkan praktek SRI ternyata bukan tanaman air tetapi dalam pertumbuhan membutuhkan air, dengan tujuan menyediakan oxygen lebih banyak di dalam tanah, kemudian tidak tergenang akar akan tumbuh dengan subur dan besar. Maka tanaman dapat menyerap nutrisi/makanan sebanyak-banyaknya.

BAGAIMANA BUDIDAYA TANAMAN PADI CARA SRI ?
Persemaian
Untuk SRI dapat ditanam pada pipiti (Besek), kotak, plastik atau nampan hal ini memudahkan untuk pengamatan dan seleksi benih yang terus-menerus dapat dilakukan. Kebutuhan pipiti adalah 60-70 buah ukuran 15 x 15 Cm per 0,14 Ha (100 bata) (420 – 490 buah per Ha). Tanah dalam pipiti sebagai media tumbuh benih dicampur dengan pupuk organik dengan perbandingan 1 : 1. Persemaian dapat disimpan di halaman rumah. Kebutuhan benih per 100 bata (0,14 Ha) adalah 0,7 – 1 Kg (4,9 – 7 Kg per Ha).

Cara Tanam
Benih ditanam pada umur 7 – 10 hari setelah semai. Jumlah bibit perlubangnya hanya satu (tanam tunggal), dasar pemikirannya adalah ketika bibit ditanam banyak maka akan bersaing satu sama lain dalam hal nutrisi, oxygen dan sinar matahari. Bibit ditanam dangkal dan perakaran horizontal seperti hurup L, hal ini dilakukan jika akar tekuk ke atas maka bibit memerlukan energi besar dalam memulai pertumbuhan kembali, dan akar baru akan tumbuh dari ujung tersebut.

Jarak Tanam
Berdasarkan pengalaman SRI, baik jika ditanam dengan jarak tanam lebar, antara lain 25 x 25 cm, 27 x 27 cm atau 30 x 30 cm. Dengan jarak tanam lebar dapat meningkatkan jumlah anakan produktif, karena persaingan oxygen, energi matahari dan nutrisi/makanan semakin berkurang.


Pemupukan
Pupuk yang digunakan adalah pupuk organik, berasal dari bahan organik seperti hijauan (jerami, batang pisang dan sisa tanaman lainnya, kotoran hewan : kambing, sapi, ayam, kelinci dan kerbau), serta limbah organik. Bahan-bahan tersebut lebih baik dikomposkan. Untuk memperkaya nutrisi yang dibutuhkan tanaman, untuk membantu mempercepat penghancurannya (Dekomposisi)sebaiknya dikembangkan proses permentasi dan pengelolaan Micro Organisme Lokal (MOL) yang terbuat dari tulang-tulang ikan, limbah kotoran hewan, buah-buahan, sebagai campurannya menggunakan air beras, air kelapa dan sebagai bahan pengawetnya dicampur air tebu, air nira, lahang/gula yang fermentasi selama 15 hari. Kebutuhan pupuk organik adalah 5 – 7 ton per Ha dengan catatan jerami yang ada di lahan dikembalikan ke dalam tanah.

Pengelolaan Air Dan Penyiangan
Umur padi vegetatif keadaan lahan dalam kondisi lembab (air kapasitas lapang), Sebelum penyiangan sebaiknya lahan digenangi 2 – 3 cm beberapa jam untuk memudahkan penyiangan pada umur 7 – 10 hari setelah tanam. Selanjutnya penyiangan dilakukan selang waktu sepuluh hari sebanyak minimal 3 kali penyiangan. Dengan pengelolaan air dimaksudkan untuk memudahkan pelaksanaan penyiangan. Pada saat anakan maksimum kurang lebih umur tanaman 47 –55 hari setelah tanam sebaiknya lahan dalam kondisi kering selama 10 hari. Hal ini dimaksudkan untuk menghambat proses pertumbuhan vegetatif dan menghemat keadaan nutrisi untuk tidak digunakan dalam pertumbuhan tunas yang tidak produktif dan menghambat tanaman tidak terlalu tinggi. Dan setelah sepuluh hari dikeringkan, kondisi lahan kembali macak – macak selama masa pertumbuhan malai, bulir, pengisian bulir hingga bernas, selanjutnya air dikeringkan kembali hingga saatnya panen.

Pengendalian Hama
Pada saat terjadi perubahan populasi serangga menjadi populasi yang merusak dan merugikan (hama), dilakukan dengan jurus – jurus konsep PHT (Pengendalian Hama Terpadu) secara utuh dengan berprinsip pada : (1) Budidaya tanaman sehat, (2) Pendayagunaan fungsi musuh alami, (3) Pengamatan berkala dan (4) Petani ahli PHT serta tidak menggunakan pestisida sintetis (buatan pabrik).

Produksi
Berdasarkan kajian oleh petani/kelompok tani di beberapa Kabupaten di Propinsi Jawa Barat, hasil produksi SRI 6,8 – 9,2 ton/ha GKP. Dibeberapa studi yang dilakukan di Kabupaten Tasikmalaya (Kec. Parungponteng) muncul produksi 12, 48 ton/ha GKP, Kabupaten Ciamis (Kec. Banjarsari) 13,76 ton/ha GKP, Kabupaten Garut (Kec. Bayongbong) 12,00 ton/ha GKP .

BAGAIMANA DAMPAK PET DAN SRI ?
Sejalan dengan proses pembelajaran yang mempunyai harapan peningkatan produktivitas lahan maka telah diperoleh beberapa dampak terhadap sikap dan perilaku yang ditunjukkan beberapa kelompok tani dari berbagai daerah di Jawa Barat dari alumni pelatihan PET dan SRI diantaranya :
1.Kemampuan untuk menyediakan sarana produksi (kompos) dan bahan organik lainnya
2.Ada kemampuan untuk mengembangkan, mengkaji dan mengevaluasi Mikro Organisme Lokal (MOL)
3.Pengembangan proses pembelajaran PET dan SRI yang dilakukan secara swadaya
4.Pemanpaatan potensi lokal lebih berkembang
5.Pengembangan usaha tani dan mendorong sektor peternakan dan perikanan
6.Pemberdayaan petani di bidang pemasaran lebih berkembang khususnya produk beras organik
7.Pengendalian hama terpadu terselenggara lebih nyata
8.Agroekosistem khususnya padi sawah lebih terjamin kesehatan dan kelestariannya
9.Efisiensi dan efektifitas sumberdaya air
10.Prilaku dan sikap telah menunjukkan kearipan lokal yang mampu mendukung kekuatan ekonomi dan sumberdaya lokal sebagai wujud dukungan terhadap otonomi daerah.


FUTURE !
THE
SAVE
NATURE
TO
BACK
BAGAIMANA SRI BERKEMBANG ?
Oleh : Alik Sutaryat [
Ketua YAYASAN ALIKSA ORGANIC SRI].

SRI (System of Rice Intensification) adalah cara budidaya tanaman padi yang intensif dan efisien dengan proses management sistem perakaran dengan berbasis pada pengelolaan: Tanah, Tanaman dan Air.

Cara tanam ini pertama di kaji di Jaringan IPPHTI yaitu di Kelompok Studi Petani (KSP) Tirtabumi Desa Budiasih Kecamatan Cikoneng Kab Ciamis Provinsi Jawa Barat, mulai bulan Pebruari 2000 oleh : Enceng Asikin, Euis Holisoh, Iik Mudrikah, Kuswara, Acep Koswara, Dede, Lili, dan Khoer. dengan memadukan praktek pemahaman Pembelajaran Ekologi Tanah (PET).

Informasi tentang SRI diterima dari penggagas SRI di Madagascar melalui FAO-IPM, sebagai bahan kajian dalam rangka meningkatkan kualitas sains petani. Saat ini SRI berkembang cukup baik. Pengkajian dan sosialisasi dilanjutkan oleh KSP: Tirtabumi, Cinta Alam, Turangga, Bunirasa, Alam Sejati, Tirtamukti dan Bumisejati.

Dukungan Pemda dalam pengembangan SRI di Kabupaten Ciamis dimulai tahun 2001 dimulai dari dukungan dana untuk kajian-kajian yang dilaksanakan oleh KSP Tirtabumi, meliputi kegiatan Pembelajaran Ekologi Tanah (PET), kajian pupuk Organik dan SRI, kemudian kegiatan ini dilanjutkan di beberapa kelompok studi petani di Kabupaten Ciamis. TA 2003 Pemda Ciamis Mendukung pengembangan SRI di 3 kecamatan untuk pelatihan dan Implementasi masing-masing 2 Ha, mendukung KSP Tirtamukti Kecamatan Banjarsari dengan 60 ekor Domba untuk mendukung penyediaan pupuk organik. Dukungan pengembangan PET dan SRI juga dilakukan oleh Pemda Jawa Barat di KSP Tirtamukti Kecamatan Banjarsari seluas 10 Ha, dengan dukungan kegiatan : SL Pertanian Ramah Lingkungan, Lab petani untuk mendukung pengembangan Indigeneous Micro Organizem (IMO)= Mikro Organisme Lokal, untuk decomposer dan pupuk cair organik.

Dalam prakteknya SRI yang dilakukan di Jaringan IPPHTI Ciamis dan Jawa Barat umumnya adalah hasil perpaduan gagasan PHT dengan gagasan SRI dan beberapa pengalaman hasil studi petani PHT sebelumnya.

Modal dasar pengembangan “Gagasan SRI” oleh KSP/anggota jaringan IPPHTI adalah :
a. Pengalaman praktek penerapan PHT seutuhnya
b. Pengalaman mengembangkan sains petani, sehingga kami mampu mengembangkan micro-organisme lokal, oleh karena itu kami tidak membeli dekomposer, dan mengembangkan makrob sehingga berfungsi sebagai penyedia nutri bagi tanaman, diantaranya mengambangkan : sari buah, sari tunas tanaman, sisa makanan, air beras, sisa-sia ikan-ikan yang tersisa, dsb.
c. Pengalaman Pembelajaran Ekologi Tanah (PET) yang telah dimulai sejak tahun 1999.
d. Hasil kajian “Tanam Dangkal” oleh Aef Saefudin, anggota IPPHTI Kabupaten Tasikmalaya tahun 1997.

Dengan perpaduan gagasan dan pengalaman tersebut maka SRI yang dilakukan oleh jaringan IPPHTI Kabupaten Ciamis adalah pertanian ramah lingkungan seutuhnya dan menghasilkan produk organik, dan dalam prosesnya merupakan proses pemberdayaan petani bukan untuk direkomendasikan. Selain di Kabupaten Ciamis PET dan SRI dikembangkan oleh IPPHTI Jawa Barat di Kabupaten lainnya yaitu, 2002 studi di Kabupaten Bogor dan Sukabumi. Pada tahun 2003 PET dan SRI mulai dikembangkan oleh Petani Kabupaten Tasikmalaya, yaitu di Kecamatan Cineam, Sukaratau, Salawu, Cibalong dan Cisayong.

Kemudian kegiatan lainnya PET dan SRI dikembangkan oleh PIAJB (Proyek Irigasi Andalan Jawa Barat) mulai bulan Mei 2003, melalui kegiatan Agriculture Extention melalui kajian efisiensi penggunaan air irigasi di Kabupaten: Cianjur, Bandung: di Kecamatan Ciparay, Garut, Tasikmalaya, Ciamis di Kecamatan Cisaga, Sumedang dan Subang. Di beberapa tempat yang telah melaksanakan kegiatan ini hasilnya cukup baik. Kemudian kegiatan lainnya adalah training bagi 1.600 orang anggota P3A di Jawa Barat dalam rangka kegiatan efiesiensi penggunaan air irigasi di12 Kabupaten.

Dasar Pemahaman Gagasan SRI
Tanaman padi sebenarnya mempunyai potensi yang besar untuk menghasilkan produksi dalam tarap tinggi. ini hanya akan dicapai bila kita membantu tanaman dengan kondisi baik untuk pertumbuhan mereka, Hal ini dapat dilakukan melalui proses pengelolaan: Tanah, Tanaman dan Air, serta unsur agro-ekosistem lainnya.

Dalam prakteknya, berdasar pengalaman petani perlu mempunyai keyakinan akan apa yang dilakukan untuk menanam padi metode SRI dan merespon perubahan-perubahan yang terjadi pada tanaman setiap saat, maka sebelum petani menanam padi metode SRI, lebih baik jika petani terlebih dahulu memahami : faktor-faktor yang mempengaruhi terhadap hasil padi, yaitu, Bahan organik, Oxygen dan Micro-organisme, dan Tanah sehatl ( fungsi dan peran unsur agro-ekosistem)

Faktor-faktor yang Mempengaruhi Terhadap Hasil Padi
Beberapa faktor yang mempengaruhi terhadap hasil padi adalah sebagai berikut:
a. Iklim
[GAMBAR] ===> Telp AOS !
Efek Langsung Pada tanaman
Efek Tidak langsung melalui tanah Energi matahari
Temperatur Udara
Temperatur Tanah
Hujan

b. Tanah Sehat
Struktur Tanah
Ketersediaan Nutrisi
Ketersediaan air Aerasi
Daerah perakaran
Makro-nutrisi dan Mikro nutrisi
Bahan-bahan lainnya

c. Hama dan Penyakit
d. Pengelolaan

Bahan Organik
Bahan organik tanah merupakan sumber utama unsur C, N, P dan S. Rata-rata siklus dan ketersediaan komponen-komponen ini dirubah oleh organisme tanah yang diambil sebagai sumber makanan dan energi. Oleh karena itu, secara luas tanah merupakan sumber kehidupan yang dinamis yang berkualitas/bermutu dan sehat dalam menyokong pertanian yang berkelanjutan.

Oxygen dan Micro-organisme
Produksi padi didataran rendah dicirikan dengan penggunaan lapisan dasar tanah secara terus menerus selama siklus pertumbuhan tanaman padi. Tipe-tipe lapisan tanah tergantung pada ketersediaan oksigen. Dekat lapisan udara terdapat lapisan tipis tanah yang merupakan daerah terjadinya proses oksidasi, dan hanya beberapa centimeter atau milimeter dapat terbentuk ketika oksigen di atmosphere diikat oleh lapisan air dan adanya suplei oksigen dari algae dan gulma air pada permukaan tanah. Pada daerah ini (permukaan) adanya mikro-organisme aerobik (perlu oksigen) menyebabkan proses oksidasi berlangsung sempurna pada bahan-bahan seperti : Nitrat, sulphate dan besi Fe. sehingga tersedia bagi tanaman. Dibawah lapisan ini terjadi oksidasi yang sama kejadiannya ditemukan pada tanah yang tidak beririgasi.

Pada sawah yang airnya melimpah, daerah utama dari perkembangan akar didominasi oleh suasana an-aerobik (tidak ada oksigen), permukaan dari akar sendiri adalah aerobik sebab adanya oksigen yang dikeluarkan oleh tanaman. Akhirnya pada permukaan akar mikro-organisme aerobik dapat hidup, paling tidak pada fase awal dari perkembangan tanaman. Sebelum pertumbuhan akar berhenti sehingga transportasi media dan elemen-elemen lainnya ke akar.

TANAH SEHAT
Tanah sehat secara umum didefisikan sebagai kemampuan tanah secara terus menerus dalam fungsinya sebagai sistem kehidupan yang penting dalam ekosistem dan memanfaatkan tanah untuk berproduksi secara biologi, mengikat banyak udara dan air dari lingkungan untuk menjaga kesehatan tanaman, hewan dan manusia. Pada dasarnya, tanah yang sehat menghasilkan tanaman yang sehat pula. Dulu tanah yang sehat ditunjukan dengan meningkatkan kandungan bahan organik, berkurangnya kerusakan daun yang salah satuya oleh hama. Walau fenomena ini sulit untuk dijelaskan, hal itu dapat diperlihatkan dengan jelas akan pentingnya tanah tidak hanya sebagai media/tempat tumbuh, tetapi juga sebagai faktor penentu terhadap kesehatan tanaman.


Pembelajaran Ekologi Tanah [PET]
Bagaimana memahami konsep-konsep diatas dalam praktek pemahaman yang menekankan pada hal-hal yang praktis dan menjadi alat pembelajaran bagi petani ? Pengalaman menunjukan bahwa petani yang menanam SRI sebelumnya mengikuti Pembelajaran Ekologi Tanah (PET) lebih memahami akan konsep tanah sehat, lebih yakin dan minat untuk mencobanya lebih baik. Mengapa ? PET akan mengajak petani berpikir dan mampu melakukan uji-uji yang praktis terhadap sifat fisik, sifat kimia dan sifat biologi tanah, dengan demikian mereka akan mempunyai pengalaman dan dasar dalam menganalisis dan mengambil keputusan pengelolaan lahannya.

Misalnya, ketika petani akan melakukan pemupukan dengan pupuk organik maka melakuakn tersebut dengan alasan setelah melakukan uji pada lahannya dengan uji: Kemampuan Tanah Mengikat Air (KMA), Aerasi, dll. Ternyata lahannya memerlukan bahan organik, Kemudian petani melakukan pemupukan atas dasar faham akan fungsi bahan organik, proses dekomposisi, bagaimana cara penyediannya dan kapan saat pemberiannya, dengan demikian maka keputusan pengelolaanya akan tepat. Petani yang belum memahami konsep tanah yang sehat pada awal tanam, tanaman mereka daunnya kuning, biasanya gelisah dan ingin segera menaburkan pupuk anorganik, hal ini akan berbeda bagi petani yang sudah memahami proses PET, mereka akan tenang karena mereka paham bahwa pupuk organik memfunyai efek lambat dan tanaman akan berangsur hijau dan hijau sampai panen.



ALIKSA
ORGANIC
SRI
NAGRAK

BACK
TO
NATURE
SAVE
THE
FUTURE !



BAGAIMANA MENERAPKAN PERTANIAN HEMAT AIR DI LAHAN SAWAH ?

Oleh : Alik Sutaryat [
Ketua YAYASAN ALIKSA ORGANIC SRI]

Dasar pengembangan bertanam padi hemat air sebagai suatu sistem produksi pertanian yang holistic dan terpadu, dengan mengoptimalkan kesehatan dan produktivitas agroekosistem secara alami, sehingga mampu menghasilkan pangan dan serat yang cukup berkualitas dan berkelanjutan, maka dengan demikian ada beberapa prinsip dasar yang perlu dilakukan diantaranya :

1. Tanah Sehat
Pengembalian sisa tanaman mutlak menjadi kewajiban dan penambahan bahan organik ke lahan diperlukan untuk mengganti bahan-bahan yang telah kita makan. Hal ini diperlukan untuk menjaga kestabilan tanah baik menjaga sifat– sifat tanah atau lebih mengupayakan kesehatan dan produktivitas agro ekosistem, penambahan bahan organik di luar jerami antara 5- 7 ton per Ha. Model pertanian seperti ini banyak dipandang kurang efisien atau mahal, memang benar ! kalau caranya terus membeli dari tempat yang jauh, namun untuk memecahkan permasalahan tersebut diperlukan pemikiran yang lebih arif, salah satu pikiran tersebut adalah :

Mengumpulkan bahan organik dengan cara menyicil tiap hari, kalau diperlukan 5 ton bahan organik dibagi 5 bulan( satu musim tanam) berarti tiap satu bulan harus mengumpulkan 1000 kg, satu bulan 4 minggu, 1000 dibagi 4 minggu = 250 kg/minggu. Untuk pengumpulan per hari 250 kg dibagi 7 hari = 35,7 kg./ hari. Sehingga untuk luas 1 Ha sawah diperlukan pengumpulan bahan organik sebanyak 35,7 kg setiap hari, caranya di belakang /dipinggir rumah dibuatkan tempat sampah organik yang harus terpisah dengan sampah plastik , inilah unit bank Organik yang berisi tabungan bahan organik, bisa sampah dari sisa-sisa tanaman, limbah dapur, kotoran hewan, hijauan, kompos, limbah industri berupa organik dan bahan lainnya yang bisa terdekomposisi.

Bila tabungan bahan organik penuh di Bank unit, perlu mendirikan Bank organik cabang di sawah, caranya di sudut sawah sisakan 3m x 3m, akan lebih baik jika terlindung dari sinar matahari dan air hujan. Setiap satu minggu sebanyak 250 kg bahan organik bisa disetorkan ke bank cabang yang ada di sawah, hal ini dibuat kompos untuk kualitas bahan organik lebih baik, maka masalah tentang persediaan bahan organik akan terpecahkan, nilai ketergantungan terhadap pihak luar dapat dikurangi selain lingkungan bersih, sehat dan yang lebih bermanfaat adalah cara hidup yang maslahat.

Fungsi dan peranan bahan organik selain memperbaiki sifat fisik tanah yaitu mampu mengikat air, mempertahankan air menahan air di dalam tanah, memperlancar aerasi tanah, memudahkan air meresap dari permukaan tanah dan dapat memadukan tanah dengan bahan mineral lainnya, juga mendukung kehidupan mikro dan makro organisme tanah, sehingga aliran energi/siklus nutrisi lebih mantap, sejalan dengan hal tersebut nutrisi bagi tanaman akan tersedia bagi tanaman ( Air, udara, bahan mineral, bahan organik). Sehingga tanah sehat bagi tanaman akan dapat kita ciptakan, sebagai gambaran tanah sehat dapat digambarkan bahwa bahan mineral (pasir, debu dan liat) sebesar 45 %, Air dan udara tanah masing-masing 25 %, dan kandunga bahan organik sebesar 5 %, bila tekstur liat 7 % namun bila bertekstur pasir 5 % kandungan bahan organik. Masukan bahan organik pada pengolahan tanah ke kedua, dimana airnya tidak mengalir pada petakan lain, bila mengalir atur agar tidak membuang bahan organik yanag ada dipetakan, biarkan tanah dalan kondisi lembab/tidak tergenang selama 7 sampai dengan 10 hari sambil menunggu pesemaian siap ditanam.

2. Pemilihan Benih
Benih yang akan disemaikan diharapkan tumbuh baik semua, selain dinantikan selama 4 bulan bisa menghasilkan juga tidak terlalu repot harus menyulam. Untuk lebih sesuai dengan harapan maka sebaiknya benih di uji dulu sebelum ditabur di pesemaian. Salah satu cara menguji benih : menggunakan indicator telur mentah pada larutan garam(Berat Jenis larutan lebih berat dari pada gabah/telur), sehingga pada larutan garam tersebut keadaan telur (telur ayam/bebek) dalam posisi terapung yang semula pada air tawar tenggelam dan masukan benih pada larutan garam tersebut, ambil benih yang tenggelam dan cuci dengan air tawar, selanjutnya benih siap disemai.

3. Kebutuhan Benih dan Menyemai Benih
Benih yang dibutuhkan dengan cara seperti ini 5 – 7 Kg dalam setiap Ha, sedangkan benih padi disemaikan pada media tanah gembur, baik tekstur maupun struktur memberi kenyaman hidup perakaran yang lebih kondusif, ada beberapa cara untuk mendapatkan benih tersebut yaitu : bila dilakukan di sawah digunakan alas plastik guna menahan akar tidak tembus pada tanah sawah sehingga akan menyulitkan pada saat benih ditanamkan selain akan merusak bagian perakaran. Campurkan kompos jadi dengan tanah kering setebal 4 cm yang butiran tanahnya tidak terlalu besar, komposisi masing-masing 1 : 1, bisa digunakan tanah bawah dari tempat sampah (tidak usah dicampur), bisa dilakukan dengan nampan plastik, besek (pipiti) atau media lain caranya sama, taburkan benih dengan merata tutup dengan jerami dan basahi/ siram hingga tanah lembab(tidak tergenang), benih sebelum disemai bisa direndam selama semalam untuk merangsang kecambah atau bisa langsung ditebar pada media semai., pemeliharaan hanya menjaga air jangan kering, buka jerami tutup setelah benih tumbuh kecambah, sirami pesemaian agar tetap lembab, benih ditanamkan berumur 7 hari, dihitung tumbuh dari kecambah.

4. Model Tanam Padi Hemat Air
Petakan sudah dibuat parit /saluran dibagian sekeliling pinggir, atau bila petakan besar buat parit dibagian tengah untuk mengalirnya air /tempat menggenang air, sedangkan bagian tengah air sudah terikat oleh bahan organik, tanah kondisinya akan lembab, buat caplakan/garitan ukuran jarak tanam, jarak tanam minimal 27 x 27 cm, bisa juga 30 x 30 cm atau 35 x 35 cm, tergantung maksud dan studi. Diharapkan kedalaman tanah lapisan olah berkisar antara 25 hingga 30 cm, agar kondisi perakaran jauh lebih baik dan pergerakannya lebih mantap dalam pengambilan nutrisi. Jarak tanam lebar dimaksudkan untuk memberi kesempatan pada tanaman, terutama pada pembentukan anakan, pertumbuhan akar dan jalannya sinar matahari untuk masuk lebih mantap.

Benih ditanam Tunggal / satu tunas, dengan alasan agar tumbuh anakan lebih banyak dan tumbuh kokoh, besar dan yang paling penting menjaga dan memperkuat akar lebih lancer dalam mengambil nutrisi, selain menjaga kondisi tanah terhindar dari asam atau tidak terjadi PH rendah. Bila Tanaman padi di tanam lebih dari lima tunas akan menyebabkan tanah mudah atau merespons tanah menjadi asam, hal ini akan terjadi ketika tanaman mengambil nutrisi dari tanah, ketika bertukar dari akar keluar H plus, dimana akarnya mendominasi sekitar pertanaman sehingga nutrisi yang akan masuk /terhalang H plus, hal ini akan berakibat asam konstan. Benih berumur 7 hari, benih muda ini diharapkan bisa tumbuh tunas lebih awal dan akan banyak tumbuh tunas primer sebagai tunas produktif, selain itu pembentukannya akan lebih cepat. Cabut benih dari pesemaian langsung tanamkan, dari cabut ke tanam tidak lebih dari 15 menit, hal ini dilakukan untuk menjaga aktivitas proses membangun energi dan penumbuhan nutrisi di dalam tanaman agar tidak terhenti. Bulir dalam benih tetap dipertahankan. Kondisi akar horizontal sehingga membentuk hurup L, hal ini diharapkan akar tanaman langung tumbuh dan nutrisi pada bulir tetap efektif digunakan untuk pertumbuhan tanaman tersebut.

Ketika benih ditanam membentuk hurup U atau kail akan berpengaruh pada tanaman tumbuh terhambat, akar busuk atau hancur, karena pada saat akar tumbuh harus membutuhkan energi untuk meluruskan akar yang melengkung tadi untuk lurus kepinggir seperti huru L, dalam kondisi baru tumbuh akar sulit mendapatkan nutrisi tersebut akhirnya terjadi pembusukan dan sebagian hancur akar tersebut. Benih ditanam dangkal antara 0,5 - 1 cm, hingga bagian bulir terbenam, hindari air jangan sampai menggenang, cukup basah/lembab. Sangat beralasan ketika tanaman di tanam dangkal yakni menghindari kematian atau busuk akar , karena kalau ditanam dalam akan terjadi pembusukan akar pada ruas pertama, sehingga akan terjadi pembentukan ruas-ruas/buku-buku sebagai salah satu cara tanaman padi mempertahankan hidupnya dan ini akan berakibat lambatnya pertumbuhan anakan, selain kecil dan menghambat pertumbuhannya. Pembentukan ruas/buku pada tanaman muda yang ditanam akan menentukan jumlah anakan dan produktivitas tanaman.

5. Pemeliharaan Pada Tanaman
Fase VegetatifPemiliharaan tanaman saat fase fegetatif diarahkan kepada beberapa hal yaitu :
- Penyulaman tanaman tanaman dilakukan bila ada gangguan serangan belalang,. Benih untuk menyulam adalah benih yang diambil dari benih cadangan yang secara sengaja ditaroh berjejer satu-satu dipinggir petakan.
-Penyiangan/ngarambet dilakukan setelah tanaman berumur 7 sampai 10 hari, bisa menggunakan alat garok, tangan atau alat lain yang dapat membantu untuk menghilangkan/membenamkan rumput sekaligus memberi dukungan terhadap kondisi aerasi/ pertukaran dan perputaran uadara agar tetap lancar, hal ini akan memperkuat tumbuhnya perakaran lebih cepat dan sehat sehingga mendukung pertumbuhan tunas awal lebih cepat. Pelaksanaan penyiangan berikutnya dilakukan maksimal setiap 10 hari sekali atau tergantung pada lahan( cepat atau lambatnya tumbuh rumput) sebanyak 4 kali penyiangan, untuk menjaga oksigen sebagai nutrisi yang besarnya kurang lebih 30 % didapatkan oleh tanaman.

- Penambahan cairan Mikro Organisme Lokal (MOL) diarahkan kepada baik tanaman atau tanah akan lebih baik, hal ini dimaksudkan untuk menambah unsur yang dibutuhkan tanaman pada saat nutrisi pada tanah sangat terbatas, dilakukan pada tanaman setelah berumur 7- 10 hari, berikutnya dilakukan selang 10 hari sekali, hingga 4-6 kali aplikasi.
- Kondisi air tetap dalam keadaan basah/ tidak menggenang, kecuali pada saat mau nyiang atau rambet sebelumnya digenangi, hanya untuk memudahkan penyiangan agar tanah berstruktur.


6. Pemeliharaan Pada Tanaman
Fase GeneratifTanaman menjelang umur generatif , yaitu pada anakan maksimal (umur 45- 50 hari) kondisi air dikeringkan, sehingga bagian tanah kering atau bahkan sampai kelihatan agak retak selama 10 hari. Hal ini dimaksudkan pertama : untuk menjaga tunas atau anakan tidak terus menerus tumbuh, menghindari tumbuhnya tunas tidak produktif (sekunder/tersier) kedua menjaga tanaman agar tumbuh tidak terlalu tinggi, berakibat akan menghabiskan nutrisi, sehingga menghambat pembentukan malai dan bulir. Ke tiga menjaga dan mempertahankan agar tunas yang tumbuh dan telah kita pelihara mempunyai kemampuan untuk tumbuh malai dan bulir seluruhnnya.

Setelah sepuluh hari dikeringkan, tanah diberi air kembali, sehingga tanah dalam kondisi lembab atau basah, hal ini akan kembali nutrisi akan mengalir dihisap akar dari tanah dibantu oleh air masuk kedalam seluruh bagian tanaman. Melalui proses potosintesa dan proses metabolisme maka tanaman akan lebih cepat merespons semua nutrisi yang sebelumnya lapar. Pemberian MOL akan sangat menentukan pada fase ini Sehingga disarankan untuk kembali ada aplikasi MOL kembali. Kondisi air seminggu sebelum panen, ketika terlihat bulir mulai bernas dan kuning dikeringkan, kemungkinan ini menjaga agar tidak tumbuh tunas tersier sehingga akan mengganggu pemasakan bulir.

7. Pengendalian Organisme Pengganggu Tanaman Padi (Hama/Penyakit)
Yang dimaksud pengendalian Organisme pengganggu tanaman padi adalah upaya mengendalikan berbagai unsur-unsur ekosistem dalam hal ini di ekosistem padi sawah. Agar tejadi perpaduan yang saling mengisi (sinergis) untuk mendapatkan produktivitas agroekosistem, mengoptimalkan kesehatan lingkungan secara alami yang menguntungkan yang akan memberi dukungan terhadap tumbuhnya tanaman dan keberadaan keanekaragaman hayati lainya, sehingga kehidupan serangga tidak berubah statusnya/kedudukannya menjadi Hama, termasuk cara BUDI DAYA PADI HEMAT AIR inipun dimaksudkan sebagai salah satu cara dalam upaya Pengendalian Organisme Pengganggu Tanaman Padi, selain yang utama sebagai salah satu cara mensikapi kekurangan dan krisis air.

Pengendalian Organisme yang merusak dan merugikan lainnya dilakukan dengan cara jurus-jurus Pengendalian Hama Terpadu dan tentunya lebih mengutamakan pendekatan secara biologis, serta menghindari praktek-praktek pengendalian yang akan merusak dan menggoncangkan agroekosistem.


Penutup RAPUH … itulah kata yang tepat untuk disandingkan dengan tanah dan petani sebagai ungkapan untuk menggambarkan kondisinya saat ini. Kerapuhan alam pertanian ditandai dengan semakin menurunnya kualitas tanah dan semakin meningkatnya kehilangan hasil akibat serangan organisme pengganggu tanaman.

Pada akhirnya, kepastian hasil semakin sulit didapatkan apalagi peningkatannya. Disisi lain, kerapuhan posisi petani semakin jelas nampak, seperti terlihat pada sifat ketergantungan mereka dengan fihak lain dalam pengembangan usaha taninya.

Budidaya padi hemat air melalui Pembelajaran Ekologi Tanah dan SRI, hanyalah gagasan kecil untuk memperbaiki kesalahan di masa lampau. Akan Tetapi apalah artinya sebuah gagasan besar bila tidak pernah diwujudkan. Niat baik ini telah kami gulirkan, dan ternyata dapat menumbuhkan minat, niat dan itikad petani untuk mau belajar.



ALIKSA
ORGANIC
SRI
NAGRAK

BACK
TO
NATURE
SAVE
THE
FUTURE !


BAGAIMANA PROSES MENANAM PADI CARA SRI ?

Oleh : Alik Sutaryat [
Ketua YAYASAN ALIKSA ORGANIC SRI].

a. Pengolahan Tanah dan Pemupukan
Untuk mendapatkan media tumbuh yang baik maka lahan dioalah seperti tanam biasa (dibajak, digaru kemudian diratakan), tetapi pada saat digaru (pengolahan tanah kedua) dilakukan penaburan pupuk organik. Pupuk organik sebelumnya dikomposkan terlebih dahulu, sehingga kita bisa mendapatkan kompos yang Lapuk dan Jadi, hal ini bertujuan untuk memberikan kesempatan bagi mikroorganisme dalam tanah berkembang dengan baik.

Komposisi bahan kompos yang cukup baik adalah :
1.Kotoran sapi (yang bercampur dengan kencingnya akan lebih baik, minimal 40 %
2.Kotoran ayam maksimum 25 %
3.Serbuk gergaji bukan dari kayu jati dan pohon kelapa sebanyak 5 %
4.Abu dapur sebanyak 10 %
5.Kapu (Calsit) 2 %
6.Bio Lahang

Kebutuhan pupuk organik per hektar antara 7-10 ton, saat penaburan pupuk organik dan meratakan tanah air dijaga agar tidak mengalir supaya nutrisi tidak hanyut. Selanjutnya di pinggir dan ditengah petakan dibuat parit agar mudah mengutur air. Setelah tanah diratakan air dijaga tetap macak-macak,jangan sampai kering, baik jika dilakukan selama 3-4 hari sebelum ditanami, hal ini juga akan mempermudah pembuatan garitan.

b. Menyiapkan benih yang bermutu
Menyiapkan benih yang bermutu, anggota KSP melakukan kegiatan ini pada benih yang dihasilkan secara tradisional maupun benih yang diproduksi oleh pengusaha (benih berlabel). Dengan seleksi air garam, langkah-langkah kegiatan adalah sebagai berikut:
1.prosesnya : Masukan air dalam Keler atau Toples (yang dianggap cukup untuk menyeleksi benih yang akan ditanam atau dapat dilakukan berulang kali)., selanjutnya masukan telur Ayam atau Itik kedalam larutan air garam, sampai telur ngambang di atas permukaan air, hal tersebut
Langkah 1.
[GAMBAR] ===> Telp AOS !
Langkah 2.
[GAMBAR] ===> Telp AOS !
Langkah 3.
[GAMBAR] ===> Telp AOS !
Langkah 4 : Pisahkan benih yang ngambang dengan yang tenggelam, lama waktu perendaman benih hanya sesaat saja untuk memisahkan benih yang hampa dan setengah bernas, kemudian benih yang tenggelam dicuci, hingga bersih, dan siap untuk disemai

2. Kebutuhan benih, Kebutuhan benih untuk tanaman padi cara SRI adalah untuk 100 bata (0,14 Ha) adalah 0,7 – 1 Kg, sedangkan kebutuhan per Ha adalah 4,9 – 7 Kg per Ha. Bila dibanding dengan cara tanam biasa rata-rata kebutuhan benih per Ha adalah 35 – 45 Kg, bahkan ada yang mencapai 50 – 60 Kg, dengan demikian SRI sangat efisien.

c. Membuat persemaian
Persemaian untuk SRI dapat dilalukan dengan media Pipiti (Besek) atau kotak hal ini memudahkan untuk pengamatan dan seleksi benih dapat dilakukan dengan mudah. Kebutuhan Pipiti adalah 60-70 buah ukuran 20x20 Cm, kebutuhan pipiti/ besek per 0,14 Ha (420-490 buah per Ha). Tanah dalam pipiti sebagai media tumbuh benih dicampur dengan pupuk organik dengan perbandingan 1 : 1.

Cara membuat persemaian dapat dilakukan dengan tahapan sebagai berikut :
1) Mencampur tanah dengan pupuk organik
2) Sebelum Pipiti/Besek diisi dengan tanah terlebih dahulu dilapisi “Daun Pisang” yang sudah dilemaskan, kemudian diisi dengan tanah yang sudah dicampur pupuk organik sebanyak tiga per empatnya, kemudian disiram dengan air sehingga tanah dalam Pipiti/Besek menjadi lembab.
3) Penaburan benih, jumlah benih per Pipiti/Besek antara 300 – 350 biji, setelah itu ditutup dengan tanah yang sudah dicampur pupuk organik (lapisan tanah penutup diupayakan tipis) kemudian dibibis lagi., selanjutnya persemaian dapat disimpan di pekarangan, hari pertama dan ke dua persemaian ditutup agar tidak kepanasan atau dapat disimpanditempat yang teduh, jika disimpan di pekarangan diupayakan diletakan pada tempat yang aman dari gangguan Ayam, dll. Pemberian air dapat dilakukan setiap hari agar media tetap lembab dan tanaman tetap segar. Persemaian dapat disimpan di halaman rumah.

d. Tanam
Benih ditanam pada umur 7-10 Hari setelah semai. jumlah benih per lubangnya hanya satu (tanam tunggal) dan dangkal 1 - 1,5 Cm, kondisi air saat tanam macak-macak. Dasar pemikirannya adalah ketika benih ditanam bareng maka akan bersaing satu sama lain dalam hal, nutrisi, oxygen dan sinar matahari. Benih ditanam dangkal dan perakaran horizontal seperti hurup L, hal ini dilakukan jika akar tertekuk keatas maka benih memerlukan energi besar dalam memulai pertumbuhan kembali, dan akar baru akan tumbuh dari ujung tersebut.

Jarak tanam berdasar pengalaman KSP SRI baik jika ditanam dengan jarak tanam lebar, antara lain 25 x 25 Cm, 27 x 27 Cm atau 30 x 30 Cm. Semakin lebar jarak tanam semakin meningkatkan jumlah anakan produktif, karena persaingan oxygen, energi matahari dan nutrisi semakin berkurang.

Pemupukan dan Pemeliharaan
Pupuk tambahan untuk SRI, dari kajian yang dilakukan di jaringang IPPHTI tanam padi metode SRI hanya dipupuk dengan pupuk organik, seperti diungkapkan diatas, diberikan pada pengolahan tanah ke dua, selanjutnya pupuk tambahan hanya diberikan dengan menyemprotkan Pupuk Organik Cair. Pupuk tersebut terbuat dari permentasi sisa makan (Juice sari hewani), Juice Tunas, Juice Buah-buahan dan permentasi kotoran hewan. Seluruh pupuk cair tersebut dapat dibuat dengan mudah petani dari bahan-bahan yang tersedia disekitar tempat tinggal petani Penyemprotan dilakukan pada tanaman berumur 2 Minggu, 4 Minggu, 6 Minggu, 8 Minggu dan setelah pembungaan masak susu.

Pola SRI yang kami kembangkan tidak menggunakan pupuk an-organik seperti Urea, TSP dan KCL maupun pupuk an-organik lainnya, juga dalam Dengan demikian seluruh proses pengelolaannya adalah dengan cara pertanian ramah lingkungan menurut konsep Pengendalian Hama Terpadu. Dalam prakteknya cara tersebut adalah melalui pendekatan pengelolaan unsur agro-ekosistem. Untuk mengelola proses tersebut maka kemampuan petani dalam pengamatan sangat diperlukan, agar petani mampu mengambil keputusan pengelolaan yang tepat.

e. Pengelolaan Air dan Penyiangan,
Tanaman padi sawah berdasar praktek SRI ternyata bukan tanaman air tetapi dalam pertumbuhannya membutuhkan air, dengan demikian maka SRI ditanam pada kondisi tanah yang tidak tergenang, dengan tujuan menyediakan oxygen lebih banyak di dalam tanah, kemudian dimanfaatkan oleh akar. Dengan keadaan tidak tergenang akar akan tumbuh dengan subur dan besar. Maka tanaman dapat menyerap nutrisi sebanyak-banyaknya. Oleh karena itu proses pengelolaan air dan dan penyiangan dilakukan sebagai berikut :umur padi 1-8 hst. keadaan air macak-macak kemudian umur 9-10 hari digenang 2-3 Cm ini untuk memudahkan melakukan penyiangan, setelah disiang tanaman dikeringkan sampai umur 18 hari, 19 -20 tanaman digenang, ini untuk memudahkan penyiangan ke II, selanjutnya pengeringan, pengairan kembali dan penyiangan dilakukan dengan interpal yang sama, sampai tanaman berbunga. Pada saat tanaman berbunga tanaman diairi dan setelah padi masak susu tanaman dikeringkan kembali sampai menjelang panen.

f. Pengendalian Hama dan Penyakit Tanaman
Pengendalian hama dilakukan dengan PHT, yaitu dengan menggelola unsur agro-ekosistem sebagai alat pengendali hama dan penyakit tanaman. Pada prinsipnya pengelolaan potensi usaha tani. Dalam kaitannya dengan pengelolaan potensi usaha tani proses belajar diarahkan pada bagaimana petani mampu mengelola unsur agro-ekosistem sebai sebuah potensi yang dapat dikembangkan, contoh kemampuan petani dalam pengelolaan unsur agroekosistem sebagai praktek pertanian yang ramah lingkungan.

g. Produksi
Produksi padi dengan cara SRI ini berdasar hasil kajian di KSP/ Jaringan IPPHTI mencapai 7,36 sampai 12,6 ton per hektar, hal ini didukung oleh jumlah tunas produktif perumpun paling rendah 33, pertenganhan 45 dan jumlah tunas tertinggi per rumpun 72 tunas bahkan ada yang mencapai 92 tunas produktif.

Ini bukan sebuah Keajaiban ! Tetapi ini dihasilkan dari proses pengelolaan: Tanah, Tanaman dan Air yang sesuai dengan kebutuhan Tanaman Padi. Perpaduan konsep pemahaman PET dan SRI telah menghasilkan kosep dasar pertanian organik yang benar. Berikut ini data pengalaman lapangan praktek cara tanam padi metode SRI :
DATA PENGELOLAAN USAHA TANI CARA SRI KSP BUMISEJATI DAN KSP TIRTAMUKTI KEC BANJARSARI KABUPATEN CIAMIS JAWA BARAT
MT 2002/2003

Catatan : Hasil tersebut pada uinan telah dikoreksi masing-masing petani dikurangi 0,4 Kg, hal ini dilakukan agar mendekati kenyataan hasil penen.

Hasil Ubinan Padi Cara SRI di KSP Tirtamukti Desa Kawasen Kecamatan Banjarsari
Kabupaten Ciamis MT 2003

Keterangan : Tanaman mulai kekeringan rata-rata mulai umur 30 hst.
Data Pengalaman Petani dalam Kajian SRI di Kabupaten Tasikmalaya Jawa Barat
MT 2003
[GAMBAR] ===> Telp AOS !

h. Analisa Usaha Tani
Dari data pengalaman diatas dicoba dilakukan analisis usaha tani adalah sebagai beriku : Untukvarietas Ciherang, dari rata-rata ubinan hasilnya adalah : 9,734 ton per Hektar GKP, sementara cara tanam padi biasa di Blok Cibatukurung 5, 55 ton per hektar GKP, dan cara biasa ditempat lain yaitu di Purwasari dan Ciulu adalah 7,4 ton dan 7,73 ton per hektar GKP. Dari data tersebut SRI masih mempunyai keuntungan lebih baik dengan cara biasa. data analisa sebagai berikut :


Tabel diatas menunjukan bahwa SRI lebih menguntungkan dari tanam biasa, namun demikian ini tidak menjadi patokan keberhasilan SRI di tempat lain karena akan dipengaruhi oleh kondisi tanah dan perlakuan budidaya. Oleh karena itu kiranya SRI kami berharap tidak dijadikan sebuah rekomendasi, tetapi sebaiknya petani menanam dulu dalam skala kecil dan merupakan percobaan dari penerapan praktek setelah PET dan pemahaman SRI dalam proses pembelajaran. Mengapa ? Agar kegiatan PET dan SRI menjadi sebuah pembelajaran, sehingga petani melakukan atas dasar pengalaman dilahannya, bukan karena instruksi.

Daftar Bacaan
1.Anonim, 1991. Buku Petunjuk Lapangan untuk PHT Padi.
2.Roland, Bunch, 1991. Dua Tongkol Jagung, Pedoman Pengembangan Pertanian Berpangkal Pada Rakyat.
3.Gershuny, Grace, 1993. Start With The Soil
4.Killham, Ken, 1994. Soil Ecology
5.Louise Flint, Mary and Robert Van Den Bosch, 1990. Pengendalian Hama Terpadu, Sebuah Pengantar.
6.L. Winegardner, Duane, 1996. An Introduction to Soil For Environmental Professionals
7.M. Sylvia, David, Jeffry J. Fuhrmann, Peter G. Hartel and David A. Zuberer, 1999. Principles and Applications of Soil Microbiology.
8.Nyoman Oka, Ida, 1995. Pengendalian Hama Terpadu
9.Settle, Wiliam, 2000. Living Soils, Training Exercise for Integrated Soils Management.
10.Uphoff, Norman, 1999. How to Help Rice Plants Grow Better and Produce More ; Teach Yourself and Others.



ALIKSA
ORGANIC
SRI
NAGRAK

BACK
TO
NATURE
SAVE
THE
FUTURE !


BAHAN ORGANIK DAN PROSES DEKOMPOSISI

Oleh : Alik Sutaryat [
Ketua YAYASAN ALIKSA ORGANIC SRI]

Bahan Organik terdiri dari campuran sisa tanaman dan hewan dalam berbagai tingkat proses penghancura bahan organik, campuran dari senyawa-senyawa yang sintetis dari hasil pelapukan baik secara kimia maupun biologi dan sisa-sisa dekomposisinya. Pada dasarnya keberadaan bahan organik didalam tanah memberikan kontribusi terhadap pertumbuhan dan perkembangan tanaman melalui fisika, kimia dan biologi tanah. Pengaruh bahan organik terhadap sifat fisik tanah ditunjukan dengan terjadinya perbaikan dan perubahan dari beberapa sifat fisik tanah , antara lain berat volume dan daya ikat lengas tanah. Pegaruh Kimia meliputi peningkatan kapasitas Tukar Kation (KTK), PH dan kandungan unsur hara, sedangkan pengaruh biologi dihubungkan dengan bahan organik tersebut sebagai sumber energi dan mokrobia tanah dalam melakukan aktivitas hidupnya. Secara garis besar pengomposan diartikan sebagai proses perubahan limbah organik melaluikompos melalui aktivitas biologi dibawah kondisi yang terkontrol.

Menurut Houg (1993) Pengomposan adalah dekomposisi biologi dan stabilisasi substrak organik dibawah kondisi yang sesuai dengan perkembangan suhu thermopilik dari hasil produk biologi, hasil akhirnya berupa kompos yang stabil, bebas penyakit dan gulma dan dapat memberikan keuntungan dilahan. Kecepatan dekomposisi dipegaruhi oleh banyak faktor.

Dalam dekomposisi, dimana nutrisi dilepaskan, terjadi ketika substrak organik kaya akan nutrisi, nisbah C/N dan C/P sangat renda. Perbedaan formulasi bahan organik, perbedaan teknik dan lamanya pengomposan, serta perbedaan tingkat aplikasi (teknik da perbedaan waktu), akan berpengaruh terhadap peyebaran nutrisi dari baha organik (Melech, 1985).

Tujuan pegomposan adalah untuk memantapkan bahan –bahan organik yag berasal dari bahan limbah, meguragi bau busuk, membunuh organisme pathogen(penyebab penyakit), membunuh biji-biji gulma da pada akhirnya menghasilkan pupukorganik/ kompos yang sesuai dengan taah. Pengomposan dinyatakan selesai bila kompos dalam keadaan matang. Menurut Kurihara (1984) , kematanga kompos dicirikan bila kompos disimpan tidakmenimbulkan gangguan atau jika diaplikasikan ke dalam tanah tidak menimbulkan masalah. Hsieh (1990) mengelompokan kematangan kompos dalam tiga kategori:

1. Kompos belum matang : dalam kategori ini bahan yang dikomposkan warna dan bentuk dari bahan asli mudah diidentifikasi.

2. Kompos matang sebagaian :dalam kategori ini bahan yang dikomposkan berubah warna menjadi kecoklatan, tetapi masih kelihatan bentuk aslinya dan tidak mudah dihancurkan apabila digesek-gesekan dengan jari/ tangan

3. Kompos matang : Pada kompos matang sebagaian besar bahan yang dikomposkan berstruktur crumbel berwarna coklatr kehitaman.

Permasalahan dalam pegomposan bahan organik segar seperti mjerami adalah nisbah jerami adalah nisbah C/N yang sangat tinggi (lebih dari 100). Sedangkan nisbah ideal untukpengomposan adalah 30-40 (Haga, 1990).Penurunan nisbah C/N dapat dilakukan dengan penambahan unsur nitrogen dari luar misalnya dengan penggunaan kompos matang atau dengan penambahan pupuk kandang yang sudah terdekomposisi.

Bahan Organik yang sedang menjalani proses penghancuran yang dilakukan oleh mikro organisme dan mengalami perubahan dari mulai bahan segar- bahan menjadi lapuk- kompos matang - sampai dengan humus adalah merupakan Dekomposisi. Berikut gambar yang menjelaskan proses dekomposisi.




ALIKSA
ORGANIC
SRI
NAGRAK

BACK
TO
NATURE
SAVE
THE
FUTURE !

BUDIDAYA PADI SAWAH HEMAT AIR MELALUI SRI
Oleh : Alik Sutaryat [
Ketua YAYASAN ALIKSA ORGANIC SRI]

Mengapa harus melakukan Budi daya Padi Mesti Hemat Air ?
Gagasan mengembangkan budi daya padi hemat air di dasarkan kepada beberapa hal, diantaranya :

  1. Keberadaan prilaku manusia terutama petani pengelola agroekosistem padi sawah yang keseharianya berhubungan langsung dengan pengelolaan air di sawah.
  2. Sebagai proses pembelajaran yang lebih mengarahkan pengaruh air yang berlebihan / mengggenang kondisi sawah dalam jangka waktu yang lebih lama dan kedalaman yang tinggi terhadap beberapa unsur ekosistem (Sifat tanah, aliran energi dan siklus nutrisi)
  3. Sebagai bahan evaluasi hubungan timbal balik antara manusia dengan alam khususnya komponen air, bahwa air telah banyak memberikan segalanya untuk kehidupan manusia, tapi sebaliknya apa yang yang telah manusia berikan untuk memperhatikan air baik kelestarian , kualitas bahkan pengelolaan yang lebih baik terhadap komponen unsur ekosistem lainnya.
  4. Sebagai bahan-bahan untuk di kaji tentang pengaruh air terhadap akar tanaman padi yang berpengaruh terhadap pertumbuhan dan perkembangan tunas, malai, bulir dan kebernasannya.

Apa Akibat Penggenangan Air Pada Lahan Ekosistem Padi Sawah ?
Sebagai suatu sistem yang hidup tanah mempunyai fungsi dan peranan dalam mendukung tumbuhnya tanaman, komponen dalam tanah seperti Mikro Organisme (MO), cacing, serangga atau binatang lain seperti plankton, chiro adalah identik dengan karyawan petani yang berada di dalam tanah, karena komponen tersebut bekerja setiap saat sepanjang masa selama lahan tersebut difungsikan sebagai sawah, mereka bekerja menggemburkan dan menyuburkan tanah dengan kata lain memperbaiki struktur tanah, mereka bekerja sekaligus membuat agar tanah tersebut mampu menahan air, dan mereka pun berusaha membuat bahan-bahan mentah menjadi nutrisi yang siap dimakan tanaman khususnya padi.

Namun demikian bila terjadi penggenangan pada lahan tersebut apa yang akan terjadi dengan kehidupan serta dengan fungsi dan peranan karyawan-karyawan tersebut? dan Apa yang akan terjadi pula dengan keberadaan mereka di bumi atau di habitatnya ?

Penggenangan khususnya pada tanaman padi berakibat rusaknya dan hancurnya bahkan matinya jaringan kompleks ( cortek, xylem dam phloem) pada akar tanaman padi, hal ini akan berpengaruh kepada aktivitas akar dalam mengambil nutrisi di dalam tanah lebih sedikit dengan bantuan jaringan sederhana sebagai jaringan cadangan yakni jaringan “Aerenchyma” sebagai pengganti fungsi jaringan kompleks, namun berbeda dalam pengambilan jumlah nutrisi yang jauh lebih keci l/ sedikit, sehingga pertumbuhan dan perkembangan tanaman agak terhambat dan berakibat kepada kemampuan kapasitas produksi yang akan lebih rendah.

Apa itu Budi Daya Padi Hemat Air ?
Sejalan dengan gagasan dan akibat yang telah ditimbulkan dari penggenangan air di lahan padi sawah, maka budi daya padi hemat air diartikan upaya budi daya tanaman padi yang memperhatikan semua komponen yang ada di ekosistem ( Tanah, Tanaman, Mikro Organisme dan Makro Organisma, Udara, Sinar matahari dan tentunya air ) sehingga memberikan produktivitas yang tinggi/optimal/sinergis, menghindari berbagai pengaruh negative bagi kehidupan komponen tersebut atau menghindari berbagai kerusakannya dan memperkuat dukungan untuk terjadinya aliran energi dan siklus nutrisi secara alami.

Bagaimana Cara mengetahui, Mengerti dan Memahami Budi Daya Padi Hemat Air ?
Budi daya hemat air merupakan sistem produksi pertanian yang holistic dan terpadu, dengan mengoptimalkan kesehatan dan produktivitas agroekosistem secara alami, sehingga mampu menghasilkan pangan dan serat yang cukup berkualitas berkelanjutan, sehubungan dengan preferensi seperti itu maka model pertanian hemat air khususnya pada tanaman padi adalah salah satu pilihan untuk dibangun dan dikembangkan, selain itu juga penggunaan air yang hemat dalam berbagai hal merupakan salah satu langkah dalam mengantisifasi kekurangan, krisis air bahkan kesulitan air. Hal ini dirasakan oleh beberapa daerah di propinsi Jawa Barat.

Praktek pertanian yang tidak berkelanjutan menganggap tanah sebagai mesin produksi dan tidak memperlakukan tanah sebagai sistem yang hidup serta mengabaikan fungsi dan peranan bahan organik tanah. Disamping itu, upaya peningkatan produksi dan takut kehilangan hasil sekecil apapun, membuat pelaku pertanian seolah sebagai penguasa lingkungan.

Tiga kondisi yang merupakan ongkos mahal yang harus dibayar sebagai akibat sistem pertanian yang dikembangkan selama 50 tahun terakhir adalah :

  1. Kerapuhan Alam Pertanian
    Kerapuhan alam pertanian ditunjukan dengan menurunnya kualitas tanah.Tanah merupakan faktor utama dalam membentuk kondisi lingkuingan pertanian(agro ekosistem), karena tanah merupakan sumbner nutrisi yang mengalir pada semua komponen hidup, dan di dalam tanah terjadi proses perputaran kembali nutrisi tersebut. Dalam hal ini peranan Bahan Organik tanah sangat besar sebagai penyedia dan nutrisi biota.
  2. Ketergantungan Pangan
    Ketergantungan pangan dari luar negeri yang cukup besar akan melemahkan ketahanan pangan nasional, yang gilirannya akan berakibat tidak stabilnya situasi sosial dan ekonomui yang mutlak diperlukan pembangunan ekonomi. Kerawanan pangan sebenarnya tidak hanya berorientasi pada pemenuhan kebutuhan sesaat (saat ini saja).
  3. Bertani yang terjajah
    Sikap dan prilaku petani dalam bercocok tanam berubah secara drastis. Ciri petani yang dekat dan akrab dengan alam sudah tidak tampak, meskipun beberapa nilai pedesaan masih mereka jalankan. Warisan ilmu titen kebiasaan membaca dan menanggapi perubahan alam serta dalam keterbatasan mampu memamfaatkan potensi alam, hanya menjadi cerita di waktu senggang.

Ada tiga kondisi petani yang dapat dipakai sebagai ukuran pola bertani yang terjajah :

  1. Ketergantungan dengan pihak luar dalam bertani, mulai dari perencanaan sampai memasarkan hasil.
  2. Menjunjung tinggi nilai efektivitas (Produksi tinggi meskipun dengan masukan yang tinggi pula)
  3. Target utama meningkatkan produksi untuk keuntungan dan kebanggaan sesaat, meskipun harus membayar mahal ongkos lingkungan dan sosial.

Apa langkah- langkah dan proses melaksanakan Budi Daya Hemat Air ?
Agar tujuan budi daya tanam padi hemat air tercapai, maka ada beberapa langkah yang harus dilakukan, diantaranya

a. Mengetahui, mengerti dan memahami Permbelajaran Ekologi Tanah (PET), PET merupakan penguatan dari proses belajar pertanian dengan pendekatan ekologis (lingkungan) diartikan sebagai praktek-praktek usaha tani yang berusaha meningkatkan kualitas lingkungan atau tidak merugikan lingkungan dan beruisaha untuk membatasi dan menekan penggunaan masukan bahan kimia sintetis.

Pertanian ekologis tidak hanya memikirkan kelestarian lingkungan saja, tetapi juga tidak memandang peningkatan produksi yang tinggi menjadi tujuan utama berusaha tani. Nilai-nilai keberlanjutan dan pertimbangan-pertimbangan yang jauh kedepan menjadi jiwanya pertanian ekologis (Hukum pengembalian, kearifan tradisional/lokal, dan bertani yang sepandan).

b. Mengetahui, mengerti dan memahami masalah-masalah usaha tani padi sawah terutama yang berhubungan dengan pengaruh penggenangan air pada tanaman padi.

c. Memahami proses dekomposisi di alam terutama yang berhubungan dengan hancurnya bahan organik secara alamiah, sehingga pemaknaan dari proses tersebut dapat menambah bangunan pikiran untuk pengembangan dalam memperkuat terjadinya proses dekomposisi di alam selain bisa mempercepat juga mempertahankan agar proses tersebut memperkuat kondisi ekosistem di lahan sawah. Hal ini erat kaitannya dengan proses biologi , dimana mSikro organisme sebagi pelaku utama penghancuran bahan organik perlu mendapat dukungan agar produktivitasnya optimal dan tetap berkelanjutan.



ALIKSA
ORGANIC
SRI
NAGRAK

BACK
TO
NATURE
SAVE
THE
FUTURE !

DASAR GAGASAN DAN PRAKTEK TANAM PADI METODE SRI (SYSTEM OF RICE INTENSIFICATION)
Editor : Kuswara and Alik Sutaryat, SP.
Oleh : Alik Sutaryat [
Ketua YAYASAN ALIKSA ORGANIC SRI].

PERSPEKTIF
Upaya meningkatkan pendapatan dari usahatani padi sawah sudah lama dilakukan, namun demikian dalam kenyataannya produksi padi saat ini cenderung menurun. Ada beberapa hal yang menyebabkan persoalan tersebut diantaranya adalah :

  1. Pertama, menurunnya kesehatan dan kesuburan tanah, kondisi ini perlu perbaikan karena : Tanah adalah sumber kehidupan. Kualitas dan keseimbangan tanah dengan kandungan: bahan organik, micro-organisme dan aktivitas biologi serta keberadaan unsur-unsur dan nutrisi adalah sangat penting untuk keberlanjutan pertanian, begitu juga dengan kesehatan manusia berhubungan langsung dengan kesehatan tanah. Persoalan menurunnya kesehatan tanah saat ini sedang dihadapi banyak petani namun demikian banyak dari mereka belum menyadarinya. Hal ini menyebabkan prilaku pelaku usahatani umumnya belum melibatkan unsur tanah dalam proses menentukan keputusan pengelolaan lahan maupun dalam hal pengendalian organisme pengganggu tanaman.
  2. Kedua, kecenderungan potensi padi untuk berproduksi lebih tinggi ternyata mandeg. dari beberapa pengalaman hal ini terjadi akibat dari proses budidaya yang belum memberikan kesempatan penuh pada padi untuk berkembang sesuai potensinya.
  3. Ketiga, penggunaan unsur kimia anorganik baik pupuk maupun pestisida pada umumnya semakin tinggi kecuali bagi petani yang telah mengikuti program PHT dan mempraktekan dilahannnya. Akibat penggunaan unsur kimia tersebut menyebabkan makro dan mikro-organisme yang ada dalam tanah tidak berfungsi sebagaimana mestinya, sehingga menyebabkan aliran energi dari bawah ke atas permukaan tanah menjadi tidak seimbang. Keadaan ini menyebabkan suplai nutrisi dari tanah sangat kurang atau bahkan tidak ada maka pada akhirnya tanaman akan menunggu suplai makanan dari kimia anorganik yang ditebarkan oleh petani (melalui Urea, TSP, KCL, dll.) Sementara rantai makan menjadi putus akibatnya Musuh Alami (MA) hanya menunggu makanan dari keberadaan Hama. Karena jenjang hirarkhis MA lebih tinggi maka hama akan berkembang lebih pesat.
  4. Keempat, prilaku petani saat ini sudah jauh dari kearipan dalam memanfaatkan potensi lokal, misalnya jerami sebagai makanan micro-organisme dalam tanah kini lebih banyak dibakar atau dibiarkan saja, padahal ketika terjadi kerjasama dengan microorganisme akan memanfatkan untuk hidup dan berkembang biak dan dari hasil pengurainnya maka akan menghasilkan nutrisi bagi tanaman dan akan merubah sifat fisik tanah yang lebih baik.

Sebagai bahan kajian adalah apakah pelaku usaha tani menyadari semua persoalan diatas ?, oleh karena itu mungkin sudah saatnya kita melakukan proses penyadaran kesadaran tentang mulai rapuhnya alam pertanian kita, jangan biarkan terjadi proses penggurunan lahan pertanian.


MENGAPA KITA HARUS BERUBAH ?
Bila kita cermati prilaku pelaku usaha tani secara umum saat ini setidaknya ditemukan tiga pandangan dan sekaligus prilaku usaha taninya dilapangan, dapat dianalisis dari tiga bagan sebagai berikut :
Pandangan I, Prilaku Pemberantasan
[GAMBAR] ===> Telp AOS !
Pandangan II, Prilaku Rintisan PHT
[GAMBAR] ===> Telp AOS !

Dua cara pandang dan perilaku pelaku usaha tani diatas bukan konsep pertanian yang berkelanjutan, oleh karena itu sudah saatnya kita berubah pada cara pandang dan prilaku yang holistik, seperti ditunjukan pada cara Pandang III di bawah ini.
[GAMBAR] ===> Telp AOS !
Pandangan III, Prilaku PHT Seutuhnya

Pandangan diatas menunjukan bahwa agro-kosistem itu merupakan satu sistem yang dinamis dan dapat dikelola, berangkat dari pemahaman tersebut maka cara pengelolaan usaha tani dilakukan dengan memanfaatkan potensi yang ada, dengan demikian tidak perlu banyak masukan dari luar. Konsep inilah yang menjadi Jiwanya Pengendalian Hama Terpadu (PHT) Lalu bagaimana unsur agroekosistem menjadi bermanfaat dan menjadi sumber kekuatan? Proses inilah yang dipelajari oleh petani melalui kegiatan Sekolah Lapangan.

Berkaitan dengan pengelolaan potensi yang ada, maka proses belajar diarahkan pada bagaimana petani mampu mengelola unsur agro-ekosistem sebagai sebuah potensi yang dapat dikembangkan, contoh kemampuan petani dalam pengelolaan unsur agroekosistem sebagai praktek pertanian yang ramah lingkungan :

MATAHARI:
Energi Matahari sangat potensial dan mendukung kehidupan di dunia ini, spesifik pengelolaan : 1) mengurangi persaingan antar tanaman sehingga proses fotosinthesis lebih sempurna, untuk itu dapat dilakukan dengan mengatur jarak tanam yang lebar dan tanam tunggal. 2) beberapa hama membutuhkan energi matahari tetapi dalam kondisi tertentu dapat menghambat pertumbuhan mereka, cara mengelolanya : misal untuk Hama Putih gulungan daun padi dibuka dengan alat penyabit dan tanah dikeringkan, kemudian untuk hama Wereng Batang Coklat merubah iklim mikro disekitar tanaman, agar panas matahari bisa masuk maka dilakukan penyuaian, dll.

TANAMAN :
Tanaman berpotensi untuk mempertahankan diri dari serangan hama dan penyakit jika tanaman tersebut sehat, agar tanaman sehat dapat dikelola : 1) menanam benih yang bermutu bukan benih yang berlabel, perlakuan pemupukan, 2) memberikan pupuk dengan kandungan unsur makro dan mikro yang seimbang. Pada umumnya pupuk anorganik hanya mengandung bahan tertentu, untuk itu pemberian pupuk organik akan mendukung tanaman untuk tumbuh lebih sehat.

MICRO-ORGANISME:
Agar micro-organisme dalam tanah berperan lebih baik maka perlu makanan yaitu dengan cara pemupukan oleh bahan pupuk organik, kemudian Micro-organisme akan mengurai dan memberikan dampak yang baik yaitu : menyediakan nutrisi bagi tanaman, menghasilkan humus yaitu tempat parkir unsur-unsur sebelum dimanfaatkan oleh akar tanaman, dan dari proses terurainya pupuk organik maka akan memberikan efek :

  1. Memiliki efek sebagai unsur gizi.
    • Merupakan sumber penyuplaian unsur kecil bersamaan unsur besar seperti : nitrogen, pottassium, asam silikat, kalsium. dsb.
    •Nitrogen yang terkandung dalam pupuk kompos dan pupuk kandang itu bersifat efek lambat,dan sangat besar efeknya sebagai nitrogen penyubur tanah.
  2. Berfungsi sebagai humus stabil
    •Memperbaiki sifat fisik tanah seperti mempertinggi peredaran udara maupun penembusan air dan memperlembut tanah, dsb.
    •Berfungsi mempertinggi daya menyimpan pupuk bagi tanah, mencegah terhanyutnya pupuk-pupuk, dan mengatur pembagian unsur-unsur gizi
    •Berfungsi sebagai material penyangga untuk memperlunak penghambatan oleh kadar asam tanah, kadar alkali, kelebihan zat asam dsb, dan mencegah material yang merugikan.

AIR dan OXYGEN
(ZAT ASAM) Pengelolaan air untuk pengendalian dapat dilakukan misalnya untuk pengendalian Penggerek Batang pada stadia pupa maka melakukan pengelaban agar pupa mati terendam. Sedang untuk pengelolaan oxygen melakukan pengaturan pengairan, pengeringan dan penyiangan, kegiatan ini berfungsi : menyuplai oxygen (zat asam) yang cukup dan memperbaiki pertumbuhan dan fungsi akar . dengan pengeringan pertumbuhan tinggi batang padi akan tertekan karena pengisapan nitrogen terbatasi, maka tangkai daun padi akan besar dan tebal, keras dan kuat, memiliki daya tahan terhadap serangan hama penyakit dan penyimpanan pati akan lebih aktif.

MACRO-ORGANISME (Cacing dan Serangga) Perlakuan pengurangan air dan pupuk organik akan berfungsi juga untuk menghidupkan makro-organisme misalnya Cacing, Cacing akan hidup aktif, ketika bahan organik banyak tersedia cacing akan memanfaatkannya, dalam aktivitas hidupnya cacing akan menggali lubang dan memindahkan bagian tanah bawah ke bagian permukaan tanah, dengan proses ini maka berfungsi merubah struktur tanah sehingga tercipta ruang-ruang dan dalam ruang-ruang tersebut akan tersedia udara / zat asam.

MUSUH ALAMI dan PENGURAI
Jika dilakukan pemupukan dengan “Pupuk Organik” dan tidak melakukan penyemprotan dengan Pestisida, maka daur energi akan berjalan dengan baik maka keberadaan musuh alami tidak hanya tergantung kepada keberadaan hama tetapi makanan MA akan tersedia dari serangga-serangga lain, misalnya dari golongan Chyromidae dan pengurai.

HAMA,
Jika hama dalam posisi populasi rendah maka hama akan berfungsi sebagai makanan musuh alami, untuk itu dari berbagai pengalaman misalnya hama Wereng Batang Coklat jika disemprot saat populasi rendah maka akan terjadi populasi akan berkembang dengan pesat, dan menimbulkan hoperburn.

TAWARAN SEBUAH GAGASAN
Mengatasi kompleknya persoalan usaha tani saat ini, sudah saat saatnya memposisikan petani sebagai manager dilahannya oleh karena itu maka petani perlu memahami dan meningkatkan kemampuannya dalam hal analisis, sehingga mampu mengambil keputusan yang tepat dan menjadi ahli untuk lahannya sendiri, dengan demikian kemandirian petani akan tumbuh dan tidak akan terjajah oleh budaya instan, misalnya dalam hal pemupukan dan pengendalian petani akan mampu mempraktekan budidaya tanaman dengan input dari proses pengelolaan potensi lokal.

Untuk sampainya gagasan tersebut perlu adanya proses pembelajaran yang menitikberatkan pada hal-hal yang praktis dan hal-hal yang menyangkut kepentingan pembebasan, Agar petani mampu memahami realitas dunianya, dengan demikian petani menjadi lebih mandiri. Untuk itu dalam prakteknya proses pembelajaran menekankan pada 3 wilayah keberadaan manusia sebagai mahluk sosial yang berbeda satu sama lain, yakni wilayah: Pekerjaan, hubungan antar sesama manusia dan wilayah peran. Wilayah pekerjaan petani menyangkut masalah pengendalian terhadap lingkungan, secara teknis termasuk lingkungan sosial.


IDENTIFIKASI MASALAH USAHATANI
Oleh : Alik Sutaryat [
Ketua YAYASAN ALIKSA ORGANIC SRI].

Peningkatan produksi padi terus dilakukan dengan berbagai jenis program, sejak revolusi hijau sampai dengann saat ini untuk memenuhi kebutuhan pangan khususnya kebutuhan beras di dalam negeri, sehingga peningkatan produksi menjadi tujuan yang utama dan kehilangan produksi sekecil apapun menjadi sebuah hantu yang menakutkan. Pada pertengahan tahun 1984 Indonesia dilaporkan sebagai negara yang berhasil meningkatkan produksi padi atau beras, hal ini dibuktikan dengan pernyataan swasembada beras bahkan Indonesia dilaporkan telah mampu menyumbang beras ke salah satu negara yang pada saat itu dilanda kekurangan pangan(beras). Intensifikasi khusus yag salah satu program dengan menggunakan sarana produksi yang berasal dari bahan-bahan sintetis baik pupuk maupun pestisida telah mengantarkan produksi meningkat secara drastis, namun demikian peningkatan produksi beras tersebut tidaklah langgeung.

Peggunaan bahan-bahan sintetis berupa pupuk dan pestisida terus menerus dilakukan dalam jumlah yang semakin meningkat namun akhir-akhir ini produksi padi sulit untuk ditingkatkan bahkan cenderung menurun, disisi lain gangguan organisme pengganggu tanaman cenderung mengalami peningkatan disamping bencana alam seperti banjir disaat musim hujan dan kekeringan pada saat musim kemarau. Penurunan produksi tidak hanya ditentukan oleh hal-hal seperti diatas namun prilaku usahatani mengenai pengelolaan lahan (tanah, air dan tanaman) sangat menentukan, disamping terjadinya penurunan kualitas struktur dan tekstur tanah yang sekaligus mempengaruhi aktivitas biologi tanah dan terancam terjadinya degradasi biodiversitas, dari yang kompleks menjadi lebih sederhana akibat kandungan bahan organik yang dikandung tanah sangat kurang karena perlakuan terhadap lahan kurang memperhatikan kaidah-kaidah ekologis, Inikah ekologi untuk eksploitasi ?

Terjadinya perubahan unsur-unsur dalam ekosistem pertanian khususnya agro ekosistem padi sawah banyak menimbulkan permasalahan dalam berusaha tani , namun demikian kondisi tersebut seolah dianggap menjadi hal yang terbiasa dan tidak sadarkan diri padahal kita rugi bahkan produksi padi kian hari malah kian menurun. Melalui kegiatan materi ini peserta akan secara intensif mengevaluasi kegiatan- kegiatan usahatani yang telah dijalaninya, mulai dari aspek produksi padi/ produktivitas lahan, penggunaan pupuk anorganik setiap musim tanam baik jumlah maupun jenisnya, pemakaian pestisida dilahan usahatani, jenis dan tingkat serangan Organisme Pengganggu Tanaman (OPT), kondisi air dan biaya usaha tani.

Pelatihan dalam peningkatan kemampuan teknis pengelolaan lahan usahatani padi diawali dengan kondisi saat ini yang terungkap secara sistematik melalui identifikasi masalah yang mengutamakan proses partisipatif, peggalian masalah oleh para peserta sendiri sehigga kedudukan petani dan aktivitasnya akan diketahui, dimengerti bahkan dipahami. Masalah merupakan kesenjangan antara harapan dengan kenyataan, ketika masalah telah menjadi strategis dan dipahami para pelaku usahatani menjadi pintu masuk untuk mencari/menganalisa penyebab utama, sehingga akan lebih mengarah dan menjadi bahan-bahan dalam memunculkan alternatif pemecahan masalahnya.


RUMPUN PADI METHODE SRI ORGANIK !



KEGIATAN PENGEMBANGAN SYSTEM OF RICE INTENSIFICATION (SRI )

Pengembangan SRI dilakukan melalui Proses Pembelajaran yaitu terdiri dari:
1. Pembelajaran SRI
2. Demonstrasi (Plot, Farm, Area)
3. Pengkajian SRI
4. Lokakarya
5. Expose (Seminar/Presentasi)

Berikut rincian kegiatan dari masing-masing unit pengembangan SRI ;
1. Pembelajaran SRI melalui
a. Pertemuan persiapan
b. Pembelajaran Ekologi Tanah (PET)
c. Penerapan dan Pendampingan SRI di lapangan

2. Pengkajian SRI
Memfasilitasi untuk tumbuh dan berkembang Sains petani/studi petani.

MODEL PENGOMPOSAN

1. MODEL LAPIS
Model lapis adalah Semua bahan organik dilakukan dengan cara ditumpuk berlapis-lapis lalu diberi aerasi dengan cerobong bambu yg sudah dilubangi untuk mengatur suhu dan ditutup dengan plastik atau karung untuk menjaga kelembaban. Untuk mempercepat pengomposan perlu dibalik tiap tiga hari sekali.

Keterangan:
MOL
KOHE
MOL
SEKAM
MOL
JERAMI

Tinggi tiapa lapisan kurang lebih masing-masing 20 cm, kecuali MOL dan kapur.
Tinggi keseluruhan kurang lebih satu meter

2. MODEL CAMPUR
Model campur adalah cara pembuatan kompos dengan mencampur semua bahan organik menjadi satu, kemudian ditumpuk dan diberi aerasi untuk mengatur suhu dan ditutup dengan plastik/karung untuk menjaga kelembaban, untuk mempercepat pengomposan dibalik tiap tiga hari sekali.

Cara pengumpulan Bahan Organik
Untuk meringankan beban petani dalam pengumpulan bahan organik, misalnya untuk satu musim tanam dibutuhkan 5000kg per hektar, petani bisa melakukan dengan cara menabung bahan organik sebanyak 5000kg : 4 bulan = 1250 kg/bulan,dalam 1 bulan 4 minggu 312,5 kg/minggu,dalam satu imggu 7 hari =45 kg/hari. Jika dalam sebuah keluarga petani ada 5 orang anggota keluarga 45 kg : 5 orang, sehingga per orang hanya cukup mengumpulkan 9 kg per orang per hari. Sehingga ketika musim tanam tiba petani sudah siap bahan organik (kompos) untuk satu hektar lahan dari proses pengumpulan B.O secara bertahap tadi.


0 comments:

Popular Posts