Thursday, 26 November 2009

SISTEM IRIGASI SUBAK BALI

 

KUNJUNGAN KE MUSEUM SUBAK

SEJARAH SINGKAT

clip_image002

Pada awalnya Pendirian Museum Subak ini digagasi oleh I Gusti Ketut Kaler, pakar adat dan agama yang waktu itu menjabat Kanwil Departemen Agama Propinsi Bali. Ia melihat perlu adanya lembaga adat Subak yang berupaya melestarikan warisan luhur budaya bangsa sejak abad XI ini. Upaya itu akhirnya terwujud. Mulanya disebut "Cagar Budaya Museum Subak".Museum ini merupakan museum khusus tentang sistem pertanian di Bali berciri khas kemandirian atas landasan kekal "Tri Hita Krana", tiga penyebab kebahagiaan (Tuhan, manusia dan alam). Dengan berkembangnya ilmu pengetahuan dan teknologi, dikhawatirkan akan berpengaruh pula terhadap kehidupan Subak.

Untuk itu upaya melestarikan Subak beserta peralatan tradisional Bali termasuk di dalamnya bangunan rumah petani tradisional yang mengikuti aturan pembangunan asta bumi dan asta kosala-kosali, tata ruang, tata letak menurut tradisi masyarakat di Bali perlu digalakkan. Disamping menyelamatkan, menggali, mengamankan dan memelihara berbagai benda yang berkaitan dengan subak dan menyuguhkan berbagai informasi, pendidikan dan dokumentasi tentang Subak, Subak ini ternyata menjadi objek wisata yang menarik.

GAMBARAN UMUM MUSEUM SUBAK

clip_image004

Museum Subak terdiri dari dua bagian. Ada museum induk dan museum terbuka. Di museum induk ada bangunan atau kompleks suci dengan Padmasana, Bedugul dan lain-lainnya.Tata ruang dan tata letak bangunan disesuaikan dengan lingkungan sekitarnya dengan tetap berpegang pada pembangunan tradisional : Tri Mandala, Tri Angga dan Asta Kosala Kosali. Sedangkan museum terbuka berwujud "Subak Mini" yang dipakai sebagai peragaan kegiatan subak, dari sistem irigasi hingga proses kegiatan petani di sawah.

A. BANGUNAN MUSEUM TERBUKA

Merupakan miniature Subak dalam bentuk “Subak Mini” yang menampilkan dimana Mata Air (Sumber Air) mengalir, ditampung dalam bendungan dan dialirkan melalui irigasi sampai kea real persawahan (Subak).

B. BANGUNAN MUSEUM TERTUTUP

Bangunan Tertutup di Meseum Subak terdiri dari :

1. Ruang audio visual : Sebagai tempat untuk menampilkan bagaimana aktifitas subak di Bali dalam bentu film subak.

  1. Ruang Pameran : Sebagai tempat untuk menampilkan benda-benda subak / pertanian yang telah dipergunakan oleh petani kita yang ada di Bali dari dulu hingga saat ini dan tetap dipergunakan untuk beraktifitas di sawah (perlu disimpan, dirawat dan dilestarikan).
  2. Rumah tradisional petani Bali : merupakan bangunan penunjang untuk Museum Subak sebagai miniature / contoh : Rumah Tradisional Bali

clip_image006

Ruang pameran museum subak

Sistem Subak merupakan kelembagaan pengelola irigasi yang sangat terkenal didunia internasional, bukan hanya dikalangan Pakar Irigasi, tetapi dikalangan Pakar Sosial Budaya. Cakupan wawasan subak ternyata jauh lebih luas, termasuk nilai dasar yang terkandung dalam filosofi Subak yang disebut TRI HITA KARANA.

TRI HITA KARANA yang berarti hubungan yang harmonis atau penyebab terwujudnya kesejahteraan hibup yang diwujudkan dalam bentuk :

Parahyangan :
Hubungan yang harmonis antara anggota atau karma subak dengan Tuhan Yang Maha Esa.

Pawongan :
Hubungan yang harmonis antara anggota Subaknya dimana yang disebut dengan Krama Subak.

Palemahan :
Hubungan yang harmonis antara anggota Subak dengan lingkungan atau wilayah irigasi Subaknya.

SISTEM IRIGASI SUBAK

Subak adalah suatu masyarakat hukum adat yang memiliki karakteristik sosioagraris-religius, yang merupakan perkumpulan petani yang mengelola air irigasi di lahan sawah. Pengertian subak seperti itu pada dasarnya dinyatakan dalam peraturan-daerah pemerintah-daerah Provinsi Bali No.02/PD/DPRD/l972. Pada perkembanganya ada beberapa tokoh yang memperluas pengertian karakteristik sosio-agraris-religius dalam sistem irigasi subak, dengan menyatakan lebih tepat subak itu disebut berkarakteristik sosio-teknis-religius, karena pengertian teknis cakupannya menjadi lebih luas, termasuk diantaranya teknis pertanian, dan teknis irigasi.

clip_image008

Dalam pengelolaan Irigasi Subak, masyarakat Bali mengusung konsep Tri Hita Karana (THK) yang memiliki Hubungan timbale balik antara Parahyangan yakni Hubungan yang harmonis antara anggota atau karma subak dengan Tuhan Yang Maha Esa, Pawongan Hubungan yang harmonis antara anggota Subaknya dimana yang disebut dengan Krama Subak, Palemahan : Hubungan yang harmonis antara anggota Subak dengan lingkungan atau wilayah irigasi Subaknya.

clip_image010
Gambar. Konsep Tri Hita Karana dalam pengelolaan subak

THK menunjukkan bahwa dengan menyatunya antar ketiga subsistem dalam sistem irigasi subak, maka secara teoritis konflik antar anggota dalam organisasi subak maupun konflik antar subak yang terkait dalam satu sistem irigasi yang tergabung dalam satu wadah kordinasi akan dapat dihindari. terkaitan antar semua subsistem akan memungkinkan munculnya harmoni dan kebersamaan dalam engelolaan air irigasi dalam sistem irigasi subak yang bersangkutan. Hal itu bisa terjadi karena kemungkinan adanya kebijakan untuk menerima simpangan tertentu sebagai toleransi oleh anggota subak (misalnya, adanya sistem pelampias, dan sistem saling pinjam air irigasi). Di Subak Timbul Baru Kabupaten Gianyar, dilakukan kebijakan sistem pelampias dengan memberikan tambahan air bagi sawah yang ada di hilir pada lokasi-lokasi bangunan-bagi lingkungan lingkungan 4 di jaringan tersier. Besarnya pelampias tergantung dari kesepakatan anggota subak.

Perwujudan Tri Hita Karana dalam Organisasi Subak

clip_image012

clip_image014

Subak sebagai suatu sistem irigasi merupakan teknologi sepadan yang telah menyatu dengan sosio-kultural masyarakat setempat. Kesepadan teknologi system subak ditunjukkan oleh anggota subak tersebut melalui pemahaman terhadap cara pemanfaatan air irigasi yang berlanadaskan Tri Hita Karana (THK) yang menyatu dengan cara membuat bangunan dan jaringan fisik irigasi, cara mengoperasikan, kordinasi pelaksanaan operasi dan pemeliharaan yang dilakukan oleh pekaseh (ketua subak), bentuk kelembagaan, dan informasi untuk pengelolaannya.

Sistem subak mampu melakukan pengelolaan irigasi dengan dasar-dasar harmoni dan kebersamaan sesuai dengan prinsip konsep THK, dan dengan dasar itu sistem subak mampu mengantisipasi kemungkinan kekurangan air (khususnya pada musim kemarau), dengan mengelola pelaksanaan pola tanam sesuai dengan peluang keberhasilannya. Selanjutnya, sistem subak sebagai teknologi sepadan, pada dasarnya memiliki peluang untuk ditransformasi, sejauh nilai-nilai kesepadanan teknologinya dipenuhi.

BERPOSE DI IMUSEUM IRIGASI SUBAK

100_0956

100_0465

iNFO TAMBAHAN :

Peralatan tradisional masyarakat Bali untuk menangkap ikan.

 S3010497

0 comments:

Popular Posts