Rabu, 13/01/2010 15:28 WIB
Kereta Supercepat
Masih Konsolidasi Internal, Pemprov Jabar Belum Dilibatkan
Baban Gandapurnama - detikBandung
Ilustrasi/wikipedia.org
Bandung - Konsorsium 15 perusahaan asing yang berencana membangun kereta supercepat monorel Cirebon-Majalengka-Bandung-Jakarta-Bandara Soekarno Hatta, kini tengah melakukan konsolidasi internal. Pemprov Jabar hingga kini belum dilibatkan.
"Mereka serius dengan proyek ini. Mereka masih bahas secara internal, konsolidasi internal," ujar Kepala Badan Koordinasi Promosi dan Penanaman Modal Daerah (BKPPMD) Jabar Iwa Karniwa saat mendampingi Gubernur Jabar Ahmad Heryawan bertemu dengan investor Cina di Hotel Hyatt Regency, Jalan Sumatera, Rabu (13/1/2010).
Berdasarkan informasi yang diperoleh dari konsorsium, kata Iwa, mereka sudah mulai melakukan studi kelayakan yang rencananya akan dilakukan selama tiga bulan.
Ketika disinggung soal kemungkinan keterlibatan peneliti ITB dalam studi kelayakan itu, Iwan menyatakan hal itu baru usulan dari Pemprov Jabar.
"Kita sudah meminta kepada konsorsium untuk melibatkan para intelektual, contohnya dari ITB. Namun mereka masih sedang membahas secara internal, jadi belum ada kabar," jelas Iwa.
Kini, katanya, para pengusaha masih menunggu proses feasibility study atau studi kelayakan. "Baru setelah selesai, ke depannya kita akan mendorong langkah selanjutnya, setelah mereka mengajukan proposan investasi ke BKPPMD," katanya.
15 perusahaan asing membentuk konsorsium dan menandatangani MoA proyek kereta api supercepat yang dinamai Hydrogen Hi-Speed Rail Super Highway (H2RSH) senilai US$ 3 miliar atau sekitar Rp 30 triliun. Kereta supercepat ini akan mengalahkan kecepatan dan kecanggihan shinkansen, bullet train dari Jepang, maupun kereta supercepat di Paris, Prancis.
Rencananya proyek ini akan memasuki FS pada 11 Januari nanti dan memakan waktu 90 hari. Ditargetkan mega proyek ini akan selesai selama 2 tahun.
Moda transportasi modern ini akan beroperasi dan memberi keuntungan/keunggulan jika dibandingkan dengan moda generasi sebelumnya seperti shinkansen (bullet train dari Jepang). Keuntungan tersebut antara lain terkait biaya konstruksi yang lebih murah (US$ 10 juta/mil sedangkan moda konvensional sampai US$ 36 juta/mil), break event point diperkirakan hanya 2 tahun sedangkan moda konvensional sekitar 50 tahun, berbeda dengan moda konvensional yang hanya mengangkut orang moda transportasi baru tersebut juga dapat dipergunakan untuk mengangkut barang (freights dan automobiles)
H2RSH juga memberikan alternatif transportasi yang efektif mengingat dapat beroperasi pada kecepatan yang lebih cepat sehingga diperkirakan dapat menghemat waktu ke tempat tujuan. Selain itu, H2RSH memberikan kentungan ekonomis dikarenakan selain berfungsi sebagai moda transportasi dapat menghasilkan energi yang dapat dipergunakan untuk memenuhi kebutuhan energi daerah tertentu, seperti tenaga listrik, air bersih, dan lain-lain.
(ern/ern)
0 comments:
Post a Comment